Majelis Milleneal Adakan Notulensi Mouthly Talks

Jakarta, sinarsuryanews.com – Sebagai wujud kepedulian dan rasa simpatik terhadap problematika saudara sebangsa di Papua, Majelis Milleneal menyelenggarakan Notulensi Mouthly Talks yang bertemakan “Menebar Damai di Papua Merajut Persatuan Indonesia” yang diselenggarakan di Upnormal Coffee Roaster, Raden Saleh, Jakarta Pusat.

Adapun narasumber yang hadir pada kegiatan itu diantaranya Sejarawan Muda, M. Muslih, MH, Tokoh Pemuda Papua, Semmy Jenggu, dan Aktifis Sosial, Rizavan Shufi Thoriqi.

M. Muslih menjelaskan, jika perpecahan dan ketidakrukunan sebenarnya sudah ada sejak dahulu dimana sengaja diciptakan pihak-pihak tertentu yang memiliki kepentingan. “Isu seperti Papua yang pada dasarnya adalah sebuah daerah yang tidak sedang mengalami perseteruan, tetapi keadaan tersebut dimanfaatkan sekelompok tertentu melalui media sosial untuk mencari keuntungan,” ujarnya.

Menurutnya, tidak hanya masyarakat Papua yang menyebabkan masalah itu terjadi, tetapi ada kelompok tertentu yang ingin menguasai Papua. Disinilah dibutuhkan peran pemerintah dan warga negara yang harus hadir dalam merajut persatuan NKRI karena Papua selamanya bagian dari Indonesia.

Berbicara persatuan yang terjadi di Papua, realnya Papua dari dulu sampai hari ini merupakan daerah yang penuh dengan kedamaian. “Dari dulu Papua adalah daerah yang damai, tidak ada sentimentasi SARA antara pendatang dan pribumi, hanya saja pasti ada kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan yang menciptakan sentimen itu.

Masyarakat Papua memiliki organisasi OPM yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan dari situlah sebenarnya OPM bukan sebuah organisasi dari Papua asli karena pemimpinnya adalah wanita dari Ternate, Ambon, Sumatera dan dari daerah lainnya, serta merekalah yang hanya memiliki kepentingan,” ujar Semmy Jenggu.

“Padahal orang Papua tidak banyak neko-neko, mereka selalu sederhana. Namun banyak oknum yang mempunyai kepentingan khusus yang akhirnya memicu perselisihan,” ujar Semmy Jenggu. 

Aktifis Sosial, Rizavan Shufi menyoroti “Jika hidup di Indonesia tidak semudah hidup di negara lain, itu karena Indonesia merupakan negara yang multikultural yang dimana terdapat keberagaman budaya, warna kulit, agama, dan bahasa. Namun menurut dia, untungnya Negara kita disatukan oleh semboyan Bhineka Tunggal Ika yang mengikat kita semua.Tetapi jika semboyan tersebut tidak dipraktekan secara sungguh-sungguh maka akan percuma.

“Oleh karena itu kita sebagai kaum milenial wajib mempraktekkan semboyan tersebut dalam kehidupan, sehingga kedamaian akan tercipta dengan rasa toleransi karena perdamaian merupakan akar bagi berlangsungnya kehidupan,” pungkasnya. *(Elisa Nurasri/UIN SGD Bdg)