Pendidikan Selfie Membudayakan Budi Terpuji

Oleh : Toimin, M.Pd.

Istilah selfie saat ini sangat populer di masyarakat terutama di kalangan remaja. Padanan istilah tersebut dalam bahasa Indonesia adalah swafoto yang artinya jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera. Hampir setiap waktu masyarakat tidak lepas dari aktivitas itu. Mereka mengabadikan berbagai momen dengan bergaya di depan kamera. Namun sangat disayangkan, kebiasaan tersebut banyak membawa dampak negatif.

Terdapat dua masalah pokok yang menimbulkan dampak-dampak negatif selfie. Pertama, rendahnya pemahaman masyarakat tentang dampak-dampak selfie. Kedua, rendahnya kesadaran masyarakat untuk berbuat bijak dalam melakukan aktivitas selfie. Tidak sedikit karena selfi bermunculkan masalah, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Sedangkan foto selfie dengan gaya tertentu yang dipublikasikan melalui media sosial, juga sering memunculkan berbagai pendapat baik dari masyarakat awam maunpun para ilmuwan. Hal yang memprihatinkan adalah ketika pendapat tersebut menimbulkan komplik sosial di masyarakat.

Permasalahan yang dikemukakan di atas tentu bukan tanpa sebab. Penyebab rendahnya pemahaman masyarakat tentang selfie adalah rendahnya pengetahuan masyarakat tentang selfie itu sendiri. Tidak mungkin seseorang paham tentang sesuatu hal tanpa didasari pengetahuan tentang hal itu. Sedangkan, rendahnya kesadaran masyarakat untuk berbuat bijak ketika selfie, hal itu karena masyarakat tidak dibiasakan untuk melakukan hal-hal baik ketika bergaya di depan kamera.

Adapun dampak negatif yang terjadi karena selfie, yaitu: 1) terjadinya kecelakaan fisik yang berujung cacatnya organ tubuh atau kematian; 2) terjadinya kecelakaan moral yang berujung hilangnya nilai kesopanan; dan 3) terjadinya kecelakaan pembelanjaan yang berujung pemborosan. Tiga dampak negatif tersebut adalah akibat dari adanya masalah seperti yang dikemukaan di atas.

Telah banyak peristiwa kecelakaan fisik pada saat seseorang sedang selfie. Akibat dari kecelakaan tersebut mereka hidup cacat bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Peristiwa tersebut terjadi ketika seseorang selfie tidak mempedulikan bahaya atas apa yang dilakukannya, seperti selfie di tebing tinggi, selfie sambil berkendaraan, dan selfie bersama binatang buas. Keinginan untuk memperoleh latar belakang gambar yang bagus menjadi alasan dilakukannya perbuatan-perbuatan yang berisiko tersebut.

Peristiwa yang tidak kalah memprihatikan adalah terjadinya kecelakaan moral pada saat selfie. Banyak orang yang tidak menyadari ketika selfie mereka memperoleh keburukan dari sisi moral. Selfie dengan gaya yang tidak sopan berakibat banyaknya penilaian negatif terhadap orang tersebut. Contoh gaya selfie yang banyak menimbulkan penilaian negatif yaitu selfie dengan menjulurkan lidah. Gaya tersebut banyak sekali negatifnya, sehingga banyak pula  komentar mengenai gaya tersebut. Bahkan banyak yang beranggapan perilaku menjulurkan lidah adalah perilaku yang sering dilakukan oleh anjing. Sehingga mereka beranggapan bahwa orang yang menjulurkan lidah pada saat selfie sama dengan seekor anjing. Tidak hanya itu, ekspresi yang sensual juga sering dipertontonkan. Dampaknya, banyak orang yang menyamakan dengan seorang pelacur. Selain itu, pada saat selfie para remaja khusunya anak-anak sekolah tidak lagi mempedulikan etika pada orang tua atau guru. Para siswa sering selfie dengan gaya yang tidak sopan dilakukan di depan orang tua atau gurunya. Mereka sudah tidak lagi merasa malu dengan gaya tersebut di depan orang tua atau gurunya sendiri.

Selain bisa berdampak negatif pada fisik dan moral seseorang, selfie juga bisa menjadi penyebab timbulnya sifat boros. Keinginan untuk mencari latar belakang yang bagus merangsang seseorang untuk melakukan berbagai perjalanan wisata. Mereka akan banyak mengabadikan berbagai peristiwa yang dialaminya. Kamera yang bagus juga menjadi prioritas utama, sehingga tak jarang seseorang bergunta-ganti fasilitas kamera, seperti henpon, kamera digital, dan alat lain yang sejenis dengan itu. Tidak berhenti sampai di situ, bagi orang yang gemar selfie, mereka sering mencetak foto-foto yang dimilikinya. Foto-foto tersebut lantas dipajang di kamarnya atau hanya untuk memenuhi album fotonya. Tiga perilaku tersebut semuanya membutuhkan biaya dan jika ditinjau dari sisi kebutuhan tidak begitu penting.

Jika melihat akibat yang timbul dari masalah selfie, sudah sangat pantas jika permasalahan tersebut mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya. Tidak mustahil, jika dibiarkan permasalahan tersebut akan terus menimbulkan berbagai dampak buruk bagi bangsa ini. Terutama dampak buruk bagi moral para generasi penerus bangsa.  Perilaku yang tidak sopan akan menjadi budaya bagi bangsa kita. Tentu hal itu tidak kita inginkan, karena sesungguhnya bangsa kita adalah bangsa yang menjungjung tinggi nilai-nilai kesopanan dan budaya ramah tamah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi atas permasalahan tersebut adalah diadakannya pendidikan selfie. Pendidiakan selfie dapat dilakukan di sekolah dengan cara mengintegrasikan materi selfie pada mata pelajaran tertentu, seperti Pendidikan Agama, PPKn, mungkin pula diintegrasikan dengan mata pelajaran Seni Budaya. Bahkan sangat memungkinkan jika selfie dijadikan salah satu mata pelajaran tambahan yang berdiri sendiri. Namun, jika akan menambah deretan panjang mata pelajaran yang sudah ada, maka, mengintegrasikan materi selfie pada mata pelajaran lain adalah solusi yang paling tepat. Selain dapat memperluas cakupan materi mata pelajaran, materi selfi juga dapat dijadikan sebagai penguat pendidikan karakter di sekolah.

Materi pokok yang perlu dipelajari oleh siswa pada pendidikan selfie adalah materi tentang moral dan estetika. Kedua pokok materi tersebut sangat penting untuk diketahui oleh siswa. Hal ini untuk membangun pemahaman siswa tentang perilaku yang harus ditunjukan dan perilaku yang tidak boleh ditunjukan pada saat selfie. Materi moral memang banyak disampaikan pada mata pelajaran tertentu akan tetapi sifat materi tersebut masih sangat umum. Belum ada satu pun pelajaran moral yang materinya menyentuh langsung pada kebiasaan selfie. Selain itu, mata pelajaran yang berkait denga estetika seperti Seni Budaya juga belum ada materi yang pembahasannya mengkhususkan diri pada materi tersebut. Oleh karena itu, merupakan solusi yang tepat jika di sekolah siswa dibekali pengetahuan tentang selfie. Hal ini untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapai oleh masyarakat khususnya para remaja yang gemar selfie.

            Diharapkan melalui pendidikan, moral bangsa khususnya para remaja yang masih sekolah tidak terjebak oleh kebiasaan-kebiasaan yang akan membawa dampak buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Seperti halnya kebiasaan selfie yang memang banyak dampak negatifnya jika dilakukan dengan tidak mempertimbangkan kemungkinan akibat buruk yang akan terjadi. Melalui pendidikan, diharapakan siswa juga mendapatkan pengetahauan yang dijadikan dasar untuk membangun pemahaman. Pemahaman mereka akan membentuk kebiasan-kebiasan baru yang lebih baik dari sebelum mereka memiliki pemahaman itu. Kebiasaan-kebiasaan yang tidak sopan yang sering dilakukan pada saat selfie, dapat diganti dengan kebiasaan-kebiasaan yang mengedepankan etika tanpa mengabaikan estetika. Melalui kebiasaan itulah sikap yang baik akan tumbuh pada diri siswa dan menjadi salah satu karakter bangsa yang patut untuk dibudayakan. Penyampaian materi selfie juga diharapakan dapat memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kegemarannya dengan cara yang lebih baik. Berekspresi dengan mengeksplorasi materi pokok tentang estetika adalah jalan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Jika mereka sudah dapat berperilaku baik pada saat selfie, tidak menutup kemungkinan sifat-sifat tidak terpuji dapat berkurang dari orang-orang yang gemar selfie. Pemahaman tentang selfie akan membatasi mereka untuk selfie dengan gaya-gaya yang akan merugikan dirinya baik kerugian fisik, moral, maupun finansial. ***