Kab. Bandung,SinarSuryaNews.Com,-
Pencabutan pohon hijau diduga dilakukan secara paksa di Kolam Retensi Cieunteng Baleendah, banyak kalangan aktifis pengiat lingkungan menilai bahwa itu merusak tatanan lahan hijau.
Tampak dilokasi pohon yang besar-besar sudah tumbang di tanah dengan akar putus. Ada beberapa pohon yang sudah mulai tampak layu dan hampir mati, bahkan ranting cabang pohon juga di pangkas, Rabu (19/01-2021).
Menurut Cecep, “Saya , mencabut pohon yang ada disini di perintahkan oleh BBWSC, tapi saya tidak tahu siapa namanya, saat ini sudah beberapa batang dan rencana akan di pindahkan ke kolam retensi yang berlokasi di Andir, “ucap Cecep.
Hal Senada juga dikatakan rekannya, saya juga sama di perintah oleh BBWSC untuk cabut pohon ini, dan di bayar perhari 90 ribu, ini sudah dari kemarin di kerjakan, pihak BBWSC ada di kantor sana, bila ingin jelas penjelasannya, saya cuma di perintahkan untuk mencabut saja, yang rencananya ada 44 batang pohon, “jelasnya seperti yang diberitakan Jabar Ekpres dan Mata Investigasi dan SiliwangiNews.
Satgas Citarum Sektor 6 juga menjelaskan, “ini memang inisiatif mereka, yang katanya sudah ada perintah dari Kepala Balai BBWS, dan katanya juga perintah dari Kementrian, karena kemarin mereka rapat di sini dari pihak BBWSC.
Pihak BBWSC masih belum bisa menjelaskan detail terkait pencabutan pohon yang ada di lokasi tersebut, Irfan sendiri tidak mau menjelaskan bila untuk konsumsi publik, itu ranahnya Kepala Balai saat di konfirmasi terkait dugaan pengerusakan pohon yang di cabut paksa tersebut, namun sangat di sayangkan bila alasannya hanya untuk penjarangan dan akan di pindahkan ke Andir kolam retensi yang baru, apakah pihak BBWS Citarum tidak mampu membeli pohon tanpa harus merusak pohon yang ada.
Sementara Pemerintah Pusat atau Daerah menggembor-gemborkan penghijauan dengan cara menanam pohon.
Program Citarum harusnya bisa menjaga ekosistem, bukan merusaknya.
Martika Edison, dari Pengurus MYDARLING MPAI (Masyarakat Sadar Lingkungan Masyarakat Penjaga Alam Indonesia) menyampaikan,” Saat ini kita harus menyampaikan pesan kepedulian dalam menjaga kelestarian alam, hutan dan lingkungan hidup di Indonesia umumnya dan provinsi Jawa Barat khususnya. Kenapa Pohon-pohon yang ada area Kolam Retensi BBWS Cieunteng Baleendah kok di cabut, kan ada yang menjaganya, Satgas Citarum harum, ada juga jurnalis Peduli Citarum Harum yang ikut menjaga, dan juga menanam pohon-pohon di sektor-sektor Satgas Citarum harum , Apalagi Satgas Citarum Harum sudah pernah mengingatkan, ini tidak boleh terjadi, seluruh lapisan masyarakat digalakkan untuk menanam dan merawat pohon, “kenapa BBWS Citarum malah justru merusak lingkungan atau pohon yang sudah tumbuh”, kami juga akan mendorong berbagai pihak termasuk Gubernur Jawa Barat untuk mengusut tuntas siapa pelaku dibalik pengerusakan ini, kalau perlu seret pelakunya ke ranah hukum, Letjen TNI (P) Doni Monardo saja tidak ingin melihat dan mendengar paku yang menancap di batang pohon, apa lagi harus di cabut pohonnya.
“, ungkap Edison, yang juga Jurnalis Peduli Citarum Harum (JPCH).
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, DR. Epi Kustiawan dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan ,” pemerintah mendukung dan mengapresiasi gerakan menanam pohon yang dilaksanakan Sebab gerakan ini membantu pemerintah dalam menutup lahan-lahan kritis yang ada di Jabar.
“Mudah-mudahan dengan selalu menanam pohon -pohon bisa membantu menutup lahan-lahan kritis yang masih ada. Untuk lokasi penanaman ini, memang kami yang menempatkan titik koordinat penanamannya,” katanya.
” Target penanaman di Jabar kalau sudah tercapai diusahakan tetap dilanjutkan. Sebab dampaknya akan dirasakan masyarakat umum dan untuk kelestarian dan keseimbangan alam. Pemprov Jabar telah memulai gerakan tanam pelihara pohon sejak 2019 di Cimenyan.
Saat itu ditargetkan penanaman sebanyak 25 juta pohon hingga 2025. Hingga kini tercapai 53 juta pohon yang ditanam di Jabar, atau melebihi target. Target itu direvisi menjadi jadi 250 juta pohon hingga 2025″, ungkap Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, DR. Epi Kustiawan. Red**