Diduga Dana BUMDes Desa Ciguha Kecamatan Sukanagara Jadi Bahan Bancakan

Kabar Daerah375 Dilihat

Cianjur, sinarsuryanews – Ngeri ngeri sedap, dana BUMdes Desa Ciguha Kecamatan Sukanagara, hancur tidak pernah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan tidak jadi pendapatan desa, pasalnya Nurjaman selaku ketua bumdes adalah seorang P3K tenaga guru Honorer sekolah, dia hanya memanfaatkan separuh waktunya mengurus bumdes, sehingga dana habis, hanya ada sisa barang saja.

“Sementara desa Ciguha Kecamatan Sukanagara pada tahun 2019 membiayai badan usaha milik desa sebesar Rp. 180 juta sumber dana desa (DD) sesuai APBDesa kemudian tahun 2020 menerima bantuan Provinsi sebesar Rp. 100 juta guna penambahan permodalan BUMdes total dari dua sumber itu adalah sebesar Rp. 280 jutaan.

Nurjaman selaku ketua BUMdes mengatakan pada media ini, bahwa benar telah menerima dana sebesar Rp. 280 juta dari 2 sumber dan digunakan 100 juta beli mesin gilingan kopi, 80 juta bor air dan 100 juta untuk Saprotani, kios obat dan benih pertanian namun semua tidak jalan dengan alasan tidak rasional dampak Covid.

Masih menurut nurjaman sebenarnya saya jadi ketua BUMdes limpahan dari ketua yang di pilih pada tahun 2019 kemudian saya di beri SK oleh direksi yaitu kepala desa kemudian dapat lah bantuan 2 sumber dana, namun kegiatan yang saya pikirkan bukan hanya BUMdes saja, kerena aktivitas keseharian di sekolah mengajar dan sudah menjadi ASN yaitu P3K sehingga tidak fokus ke BUMdes jika fokus ke BUMdes otomatis aktivitas sekolah terganggu.

Hal dana dari 2 sumber memang tidak jalan bagaimana lagi, sudah seperti ini bor air di simpan dirumah kades dan mesin kopi di gudang atas, kemudian saprotani udah ditutup dan sisa barangnya di simpan di gudang mesin kopi, saya selaku ketua BUMdes menunggu keputusan kepala desa karena saya memilih aktivitas di sekolah.

Kepala Desa Ciguha pada saat di konfirmasi di ruang kerjanya, dia mengatakan bahwa 2 sumber dana tahun 2019 sebesar Rp.180 juta guna pembiayaan mesin sumur bor Rp. 80 juta dan mesin kopi Rp.100 juta, kemudian tahun 2020 ada Banprov untuk BUMdes 100 juta dibelanjakan untuk pembiayaan saprotan, itu sempat jalan namun tidak pernah jadi pendapatan desa, saya kepala desa yang memberikan SK kepada Nurjaman selaku tenaga pengajar, itu betul dan yang penting, sebagian masih ada aset yaitu barang berupa mesin bor air dan mesin kopi adapun saprotani tidak begitu tau, tuturnya dengan nada sepele.

Lain hal dengan beberapa masyarakat yang menilai dengan adanya pembiayaan untuk BUMdes sangat di sayangkan, padahal uang Rp. 280 juta itu sangat besar dan akan ber manfaat kalau kepala deaa serius dan tegas membentuk ketua BUMdes, jangan asal – asalan.

Kalau seperti itu cara mengelolanya otomatis merugikan uang negara dan masyarakat buat apa mesin sumur bor, apa urgensinya ? di ciguha masih subur, air gali sumur 5 -10 meter masih didapat air apalagi kawasan rendah.

Kami selaku masyarakat desa sangat kecewa sekali dengan kinerja dari BUMdes, tidak ada hasil, hanya menghamburkan uang saja. Tegas warga sekitar desa

Jujur saja, masyarakat bingung harus mengadu ke siapa, karena ketua BPD sudah jauh, jarang ada di desa, sedangkan yang di libatkan kebanyakan keluarga kepala desa. itulah di desa ciguha. (Team)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *