Pola Pupuk Berimbang Lebih Menguntungkan

Kota Tasikamalaya, Sinar Surya – Ketua Gapoktan Sadar Bhakti, Kecataman Indihiang, Kota Tasikmalaya, Dadan Daruslan menilai jika proses penanaman padi dengan pola pupuk berimbang lebih menguntungkan. Pola pupuk berimbang atau istilah skema 5-3-2 itu sudah terbukti memiliki pengaruh terhadap hasil panen.

“Biasanya, dalam satu hektar, petani hanya meraih sebanyak lima ton, tetapi dengan skema 5-3-2 bisa meningkat hingga enam ton. Hasil yang luar bias meningkat dari yang biasanya, lumayan sudah ada peningkatan yang cukup signifikan,” kata Dadan Daruslan di sela kegiatan silaturahmi rutin gapoktan belum lama ini.

Pola seperti itu dirasa tepat diterapkan di wilayah Kota Tasikmalaya. Petani di wilayah Kota Tasikmalaya secara umum tidak bisa memaksakan melakukan penanaman dengan pola ful organik. Pasalnya, kualitas air tidak sempurna di mana sumber air untuk wilayah Kota Tasik bersumber dari aliran sungai yang sudah tercemar dari hulunya. Artinya, ketika pertanian di kawasan hulu air masih menggunakan pupuk kimia, maka kawasan pertanian di hilir aliran air otomatis akan tercemar.

“Jadi, pengembangan pola full organik masih sulit dilakukan. Makanya, pola pupuk berimbang jadi alternatifnya,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, turut pula disosialisasikan aplikasi Kartu Tani Indonesia yang sudah dimiliki banyak petani. Melalui KTNI, semua penebusan pupuk yang disubsidi oleh pemerintah dilakukan dengan membawa KTI. Memang prosesnya agak lama, karena penyedia pupuk harus terlebih dulu mengecek profil pemilik KTI. Artinya, ketika petani hendak membeli enam jenis pupuk yang disubsidi, otomatis kita gesek sebanyak enam kali,” kata Dadan Daruslan.

Memang, kata Enok Surtika, salah seorang anggota Gapoktan, proses agak lama.

“Masih adaptasi, tetapi agak keren jadinya hehehe,” ujarnya. (M. Rahmat)