Pemerintah Diminta Cari Solusi Anjloknya Harga Daging Ayam

Jakarta, sinarsuryanews.com – Ketua Asosiasi Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi mengakui anjloknya harga ayam di tingkat peternak telah menyebabkan kerugian besar. Bahkan katanya tidak sedikit peternak rakyat yang gulung tikar. Oleh karena itu, pemerintah diminta untuk segera mencarikan solusi atas permasalahan tersebut.

“(Anjloknya harga ayam) Bukan hanya mengancam, tapi sudah buat mereka gulung tikar kok. Pada sakit secara fisik para peternak, stres mikirin utang ratusan juta kerugiannya,” ujarnya seperti dikutip Antara di Jakarta, Selasa (25/6).

Dikatakan, jatuhnya harga ayam membuat para peternak bertindak dengan menjual langsung ke masyarakat. “Karena ketidaktahanan para peternak itu sendiri, dan untuk menunjukkan bagaimana memperpendek tata kelola tata niaga. Itu usaha masyarakat sampai pemerintah bisa selesaikan, ada apa seaungguhnya di jalur tata niaga hilir ini,” jelasnya.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar), Singgih Januratmoko mendesak pemerintah bertindak lebih konkret. Menurut Pinsar, kebijakan di hilir itu tidak akan berjalan, jika kondisi dan kebijakan di hulu tidak dibenahi secara serius.

“Sebenarnya sekarang sudah ada yang mengurangi, tapi tidak semua. Semestinya ada peraturan menteri yang mendasari kebijakan itu supaya lebih efektif. Kalau seperti ini cuma memberi harapan palsu saja,” katanya.

Singgih mengakui, Kementerian Pertanian sudah mengambil sikap dengan mengeluarkan instruksi untuk memangkas jumlah anak ayam (day old chicken/DOC) selama periode 24 Juni hingga 23 Juli mendatang. Pada masa tersebut, Kementan meminta pelaku usaha menarik 30 persen telur yang siap menetas. Namun, Singgih mengatakan, sejak efektif per 24 Juni lalu, kebijakan yang dikeluarkan Kementan belum direalisasikan di lapangan. Menurutnya aturan yang diterbitkan tidak memiliki payung hukum yang kuat sehingga hanya dianggap angin lalu oleh para produsen DOC.

Ini bisa dilihat dari harga jual ayam di beberapa daerah sentra sempat menyentuh Rp 8.000 per kilogram (kg), padahal biaya produksi yang dibutuhkan mencapai Rp 18.500 per kg. Anehnya, ketika harga di peternak merosot tajam, harga jual ayam di pasar atau di tingkat konsumen tetap tinggi yakni berkisar Rp 35.000 per kg.

“Masyarakat sebagai konsumen akhirnya juga ikut dirugikan karena membeli dengan harga tinggi,” tuturnya.

Sebelumnya, peternak ayam pedaging atau ayam potong di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, terpaksa mengobral ayam di peternakannya dengan harga murah hanya Rp 30.000 per ekor dengan bobot sekitar dua kilogram, meskipun harga di pasaran masih berkisar Rp 20.000 – Rp 25.000 per kilogram.

Budi Setiawan, salah seorang peternak asal Desa Kalipucung, Kecamatan Sanankulon, Kabupaten Blitar, Jawa Timur mengaku usahanya kini terancam bangkrut. “Harga sudah hancur,” ucapnya seperti ditulis Antara.

Menurut dia, harga ayam pedaging di tingkat pengepul hanya Rp 8.000 per kilogram. Padahal harga di pasar masih di atas Rp 20.000 per kilogram. Namun demikian, Kementerian Pertanian (Kementan) membantah jika anjloknya harga daging ayam di tingkat peternak akibat berlebihnya stok anak ayam atau Day Old Chicken (DOC).

Direktur Jenderal Peternakan Kementan I Ketut Diarmita mengatakan, anjloknya harga daging ayam di tingkat peternak dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh permintaan yang menurun. Sedangkan stok ayam di peternak terus meningkat.

“Tidak ada over suply DOC, karena ini semata-mata demand yang turun di bulan ini. Itu terjadi tahun ke tahun, di Maret terjadi penurunan demand,” ujar dia di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut dia, ada juga sebagian peternak atau integrator yang telah menyiapkan stok ayam lebih dari biasanya untuk menyambut musim kampanye pemilihan umum (pemilu). Namun nyatanya kegiatan kampanye pemilu belum membuat permintaan ayam meningkat.

“Dari info intergrator, pemilu ini banyak kebutuhan ayam. Ternyata pemilu sekarang tidak makan ayam, tidak ada nasi bungkus. Ini bisnisnya meleset. Di situ mereka yang peternak mandiri, kawan kita yang betenak mandiri yang tidak punya kemitraan. Ketika harga jatuh, mereka tanggung sendiri,” jelas dia.

Namun demikian, lanjut Ketut, harga daging ayam di tingkat peternak bisa kembali normal dalam beberapa hari ke depan. Peningkatan harga ini mulai terlihat di sejumlah sentra peternakan ayam.

“Di Jawa Tengah harganya jatuh ke Rp 17 ribu, tapi sudah naik jadi Rp 19 ribu. Harga sampai Maret HPP (Harga Pokok Penjualan) Rp 20 ribu-Rp 22 ribu, di peternak sekarang Rp 19 ribu, di pasar Rp 34 ribu-Rp 36 ribu. Saya ambil kebijakan agar bagaimana kawan-kawan mendapatkan harga yang wajar. Minimal Rp 20 ribu (di tingkat petani), mudah-mudahan 1-2 hari ke depan jadi Rp 20 ribu,” tandas dia. ***