Komunitas Bela Negara: Menangkal Radikalisme & Terorisme Melalui Pancasila

Berita Utama, Politik1031 Dilihat

Depok, sinarsuryanews.com – Komunitas Bela Negara menggelar kegiatan Focus Group Discussion bertajuk “Menangkal Radikalisme & Terorisme Melalui Pancasila” di Foodcourt Pondok Labu Depok pada Sabtu (14/12/2019).

Komunitas yang beranggotakan pemuda menghadirkan Deni Gunawan, S.Ag, Peniliti Lembaga Studi Visi Nusantara/ Editor Kepala Kedaulatan Santri (KESAN) Aplikasi dan Penulis Buku “Indonesia Tanpa Caci Maki” Lufaefi, S.Ag, Asisten Peneliti Puslitbang Kemenag RI dan Penulis Buku “Bela Islam Indonesia Bela Kemanusiaan”, Dr. Sidik Mulyono, Kadis Diskominfo Pemkot Depok, Ust. Harkaman M. Ag selaku kepala SMP TIK Mizan.

“Isu radikalisme adalah soal pemahaman, yang perlu kita cari adalah akar dari radikalisme bukan hanya yang tampak di permukaan. Perlu kita dorong agar penganut agama tidak saling membenci dan mengkafirkan satu sama lain,” ujar  Kadis Diskominfo Pemkot Depok.

Menurut Ust. Harkaman, “Radikalisme perlu kita lawan dengan kearifan lokal negara kita yaitu Pancasila. Yang bisa kita lakukan saat ini ialaj kuasai masjid, sekolah dan lingkungan. Karena pertarungan kita hari ini adalah pertarungan ide”. 

Deni Gunawan menyampaikan, berdasarkan perspektif sejarah, penelitian yang telah dilakukan saya dan tim mengurai akar radikalisme dimulai dari tahun 2002. Hari ini yang perlu kita galakan adalah frame berfikir bahwa pancasila sebagai Ideologi negara karena Indonesia adalah negara yang heterogen.

Sementara itu Asisten Peneliti Puslitbang kemenag RI, Lufaefi menegaskan, radikalisme dan terorisme bagaikan pohon. Butuh benih, pupuk dan tanah. Seharusnya jika kita memahami esensi dari nilai-nilai pancasila, kita akan terhindar dari radikalisme dan terorisme.

Kegiatan Focus Group Discussion ini ditutup dengan deklarasi komunitas Bela Negara. Deklarasi tersebut berisi: Pertama, Kami berjanji Merawat dan memperkuat nasionalisme, persatuan, kesatuan, dan ke-Indonesiaan untuk maju sebagai bangsa yang beradab di dunia.

Kedua, Merawat dan memperkuat kembali falsafah Bhineka Tunggal Ika berdasarkan pada kesadaran asal usul bangsa Indonesia, sifat-sifat dasar bangsa kita yang saling menghormati.

Ketiga, Kami menolak sikap dan tindakan radikalisme dan terorisme di mulai dari diri sendiri dan lingkungan sosial kami. *(Elisa Nurasri/FDK UIN Bandung)